Rabu, 10 Juli 2013

Kisahku, seorang syarifah.

Assalamualaikum Wr.Wb.

Dear My blog.

Kali ini aku ingin mengungkap sedikit kisahku, kisah hidupku. Aku menulis ini di tengah malam setelah berkali-kali membaca informasi yang ku dapat dari Internet mengenai kisahku ini. Aku mengungkap kisahku ini, tanpa sedikitpun niat menjadi mungkar, kufur, kafir, atau mendustakan Rasulullah SAW. Kisahku ini ku tulis secara subyektif, menurut apa yang aku jalani dan aku rasakan serta sepengetahuanku yang tidaklah banyak. Hal ini ku jelaskan, agar kalian para pembaca, para habib, ulama dan sayid/sayiddah yang berilmu aku yakini lebih dariku membenarkan atau memberi kritik yang membangun serta memaklumi aku yang awam ini dalam mengungkap masalah ini.

Sebenarnya, masalah ini telah lama mendera ku sebagai seorang wanita, namun tiada berdaya aku mengungkapkannya. Namun di malam ini aku merasa perlu menunjukan dan memberikan sedikit kisahku, membuang jauh-jauh label tabu pada masalahku ini. Mungkin banyak diantara kalian yang belum pernah mendengar atau mengetahui mengenai masalah yang akan ku bahas ini, karena mungkin masalah ini hanya hadir pada segelintir orang, atau terlintas pada pikiran beberapa ahli nasab dan agama.

Pernahkah kalian mendengar mengenai seorang Syarifah dan Sayyid?
Ya, bila kalian mengetahuinya tentu kalian telah mengetahui apa yang akan ku ceritakan ini. Syarifah adalah panggilan bagi anak cucu perempuan Rasulullah SAW, sedang Sayyid atau Syarif adalah panggilan bagi anak cucu laki-laki Rasulullah SAW. Aku, adalah salah satu syarifah (Atau setidaknya begitulah yang aku ketahui, dan ditanamkan kepadaku sejak kecil), aku terbiasa dengan identitas secara syarifah, yakni penyebutan 3 generasi ashobahku (atau biasa di kenal dengan Binti atau Bin).

Sungguh, aku tiada mendustakan kenikmatan menyanding gelar cucu Rasul. Kenikmatan yang begitu aku rasakan, tidak ku pungkiri pula adanya rasa kebanggaan dalam diri ini menyanding gelar syarifah ( dirumah biasa di panggil Wan Ifah ). Karena sedari kecil ku diperkenalkan dengan keutamaan-keutamaan menjadi anak cucu Rasul yang dicintai Allah SWT. Aku besar di keluarga ba'alwy, atau mungkin sebagian besar kalian mengenalnya sebagai keluarga arab (Sebenarnya tidak semua arab itu sayyid atau syarifah).

Kebahagiaan itu sampailah pada hari dimana aku menyadari aku telah beranjak dewasa, dari sinilah keluargaku mulai mendidikku sebagaimana mendidik seorang syarifah (katanya). Mulai dari mengawasi pergaulanku, tidak serta merta membebaskanku keluar rumah tanpa sebab, atau kah tidak mengijinkanku keluar dari rumah hanya untuk bermain dengan kawan-kawan sebayaku. Jangankan begitu, untuk keluar di malam hari saja rasanya haram bagiku.

Namun, ku akui keluarga ku tidaklah sepenuhnya salah. Justru aku bersyukur karena didikan inilah aku menyadari begitu indahnya wanita untuk dijaga. Baik lisan, kelakuan maupun fisiknya. Kala ayahku (baca: Abi / Abuyah) meninggalkan aku untuk menghadap Allah SWT, sepeninggal itu aku begitu menyadari didikan ayahku sangatlah berarti. Dengan penuh penyesalan, sampai dengan hari ini pun aku masih menyesal selama hidup ayahku aku selalu memberontak. Meskipun ku akui dalam pandanganku, tidak sepenuhnya benar mendidik seorang anak begitu kerasnya dan menghindarkannya dari dunia sosial dan pendidikan, namun over all pendidikan ayahku ini bertujuan menjagaku dari dunia luar karena aku adalah putri kecilnya yang sangat ia sayangi. Akulah syarifah satu-satunya dari nasabnya. Sehingga ia begitu ingin melindungiku.

Aku menyadari ayahku begitu mencintai aku sebagai putrinya saat aku teringat dibalik kerasnya ayahku mendidikku dan membedakanku dengan wanita-wanita lain sebayaku, ayahku selalu tanpa terkecuali menuruti keinginan dan mencukupi segala kebutuhanku baik itu penting maupun tidak penting, baik yang ku minta secara jujur maupun secara berbohong (Jangan salahkan saya, tiada dari kalian yang tidak pernah berbohong bukan?). Mohon ampun kepada Allah atas apa yang pernah saya lakukan.

Hingga kini saya berdiri,
Sepeninggal ayah, berdirilah aku dan ibuku (baca: Mama / Umma) serta kedua kakakku yang sibuk bukan main dengan pekerjaan dan kehidupan mereka masing-masing. Aku pun tiada menyalahkan, karena mereka laki-laki dan aku begitu pahamnya dengan kewajiban yang harus mereka emban. Namun bagaimana dengan aku? Aku masihlah anak remaja (ABG) yang masih sangat membutuhkan bimbingan, masih salah menentukan benar dan salah, hak dan bathil, atau yang aku butuhkan dan aku inginkan. Ibuku masih sibuk dengan segala masalah yang mendera sepeninggal ayah, tiada lagi sumber ekonomi untuk mencukupi kehidupan, warisan yang di perdebatkan dengan keluarga, perhitungan beberapa pinjaman yang belum sempat dibayarkan oleh ayah, serta masih banyak lagi.

Ibuku adalah wanita pribumi, seorang dari suku jawa. Tiada ia seorang syarifah kecuali dinikahi oleh ayahku yang sayyid. Sepeninggal ayah, maka kehidupan kami yang biasa berbaur dengan ba'alwy (kaum-kaum arab) pun berbeda, kami mulai jarang berbaur, apalagi fitnah-fitnah serta perdebatan warisan yang muncul membuat kami harus mengasingkan diri. Tidak berarti kami memutus silaturahmi, namun apalah artinya seorang pribumi seperti ibuku di mata mereka (ini kisah tersendiri). Wal hasil, sampailah pada keluarga kami yang jauh dari pergaulan sayyid dan sayyidah yang lain.

Hari demi hari berlalu,
Sampailah aku berlari di hari-hari itu dengan berbagai pesan dari tetuah-tetuah keluargaku mengenai Kafaah Syarifah. Adakah dari kalian yang pernah mendengarnya? Kafaah dalam bahasa indonesia berarti kesepadanan. Kafaah syarifah secara blak-blakan aku paparkan sebagai keharusan seorang syarifah menikah dengan kaumnya, yakni sayyid atau syarif. Sedang sayyid bebas menentukan pendamping hidupnya, karena ashabahnya kepada laki-laki kecuali Fatimah r.a. Anda nilai tidak adil? Nilailah sendiri.

Aku ini tidaklah berilmu pandai, tidak pula pintar mengatur kata. Mohon maafkanlah bila apa yang aku sampaikan secara subyektif ini ialah suatu salah besar.

Aku beranjak dewasa, dan kini sampailah di umurku yang telah berkepala dua. Maka tidaklah malu lagi bila di umurku ini aku dan keluargaku telah berfikir mengenai pendamping hidup. Namun aku di hadapkan pada keadaan ini, dan aku adalah seorang syarifah. Wajib bagiku (katanya) meneruskan nasab Rasul.

Sedang aku dan keluarga tiada mengenal laki-laki sayyid, apalagi mengetahui ahlak, kelakuan dan lain sebagainya darinya. Bilapun datang laki-laki sayyid melamar, entah apa yang akan ku jawab. Haruskah aku hanya melihatnya sebagai anak cucu Rasul? Sementara aku tidak sedikitpun tahu bagaimana dia beriman, berprilaku, bertaqwa. Pendidikan dan pekerjaan merupakan kriteria tersendiri dariku untuk memilih pendamping. Karenanya entah syaittan yang mendorong ku ataukah memang jalan suratan, aku tidak pernah mengenal satupun sayyid dalam hidupku secara personal, kecuali ia saudaraku sendiri dari ayah.


Aku kebingungan setengah mati di umurku yang mendekati kematangan ini, aku sungguh tiada mendustakan nikmat menjadi syarifah dengan segala keutamaan. Namun bagaimana aku harus melanjutkan hidup ini.

Seakan waktu mempertemukan,
Aku beberapa kali mengenal laki-laki akhwal secara personal, bahkan secara jujur aku katakan aku berpacaran dengan laki-laki akhwal hingga saat ini. Namun sekarang keraguan selalu menyergap setiap kali ku kembali mendengar kata syarifah (Sudah lama kata itu tidak ku dengar apalagi pembahasan mengenai kafaah syarifah ini dari keluarga, hingga kadang aku lupa aku ini seorang syarifah dengan segala kewajibannya). Ketakutan menyergapku dan menghantui dengan panasnya api neraka dan berpalingnya Ummi Fatimah dari pandanganku, serta hilangnya safa'at Rasul.

Namun, apalah daya ku.
Aku terlanjur jatuh hati pada laki-laki akhwal, yang ku nilai baik iman dan akhlaknya, bertaqwa, mampu membimbingku dan menyadarkanku. Apakah dengan gelar seorang Sayyid menjadikannya lebih baik dari akhwal biasa? berkali-kali kalimat ini berputar-putar di kepalaku ketika aku mulai membicarakan hal-hal serius dengan akhwal mengenai kelanjutan hubungan kami.

Apakah hukum bagi seorang syarifah menerima pinangan dari akhwal biasa?
Apakah hukum bagi laki-laki bukan sayyid menikahi syarifah?

Banyak sekali aku membaca mengenai pertanyaan diatas, karena ketakutanku akan banyak hal, serta yang utama ketakutanku membuat laki-laki yang menikahiku menjadi mungkar, kafir, dan lain sebagainya hanya karena mencintai aku dan menikahi aku sebagai sunnahnya menjalani agama. Ketakutanku, berlanjut dengan pernyataan tidak sahnya syarifah menikah dengan yang non sayyid, sedang niatku ingin menikah adalah menjauhkan diri dari perbuatan zina.

Aku pernah membaca,
Dibolehkannya seorang syarifah menikah dengan yang bukan sayyid asal syarifah itu dan walinya ridho, namun siapa wali disini? Akankah itu menjadi abangku (pengganti ayahku) ataukah itu semua dzuriyatt di dunia ini? Sedang, kita ketahui bersama bagaimana sulitnya menemui dan meminta izin menikahi seorang syafirah kepada seluruh dzuriyat di dunia ini (Bagaimana mungkin?)

Lalu bilakah itu hanya abangku, maka sedikit lega hatiku ini. Karena menurutku, keluarga intiku, yakni mama dan kakakku, tidaklah begitu mempersoalkan masalah kafaah syarifah ini. Namun bilakah itu seluruh Dzuriyat di dunia maka tidak lagi ada harapan bagiku kecuali itu menentang agama yang ku cintai.

Sungguh kebimbangan yang amat mendera ku.

Aku membaca Habib Mundzir dari Majelis Rasulullah SAW menulis, jumlah sayyidah/syarifah lebih banyak dibanding sayyid/syarif. Seorang syarifah memiliki tiga pilihan jalan hidup, yakni menikah dengan sayyid, bersedia di poligami oleh seorang sayyid atau menikah dengan yang bukan sayyid. Bagaimana pendapat anda mengenai ini? Jawablah dari hati masing-masing. Akan dikemanakan syarifah-syarifah yang tidak menemukan sayyid yang pas ataukah tidak bersedia di madu ini? Adakah tidak menikah itu lebih baik bila syarifah ini tidak bersedia di poligami atau tidak menemukan sayyid yang pas baginya? Sedang menikah adalah sunnah Rasul.

Dari hati kalian, yang membaca ini. Bagaimana aku harus melangkah?

Sedang menurutku,
Entah syaitan mana merasukiku, maafkan bila aku menyakiti hati para sayyid. Namun, aku ingin mengutarakan isi hati.
Mungkinkah aku ini tipe perempuan pembangkang takdir, bila ku ungkapkan kekesalan ku dengan kebebasan sayyid memilih wanita yang bukan syarifah? Sedang seorang syarifah dengan segala keterbatasan harus menikah dengan sayyid?
Lalu, bukankah semua orang sama yang membedakan hanya taqwa orang tersebut? Lalu apakan dia, sayyid, lebih baik taqwanya dari akhwal yang bertaqwa?
Mungkin tidak semua sayyid, banyak pula sayyid yang baik dan berpendidikan. Namun dari sekitaran keluargaku jarang sekali ku temui sayyid yang berpendidikan benar, berprilaku baik, dan bertaqwa dengan baik.
Sedang akhwal yang ku temui ini menurut aku secara subyektif baik iman, taqwa dan prilakunya. Berpendidikan dan dari keluarga akhwal yang baik pula. Pekerjaannya dan potensinya pun baik.
Ampuni aku ya Allah atas kelancanganku ini mengungkapkan kekesalanku.

Sabtu, 06 Juli 2013

Liburan Yuk! (Chapter:Semester Pendek)

Dear Bee, My Blog...

     Udah cukup lama ga ngisi ini blog, dan udah cukup banyak juga kejadian yg rumit buat di ceritakan dateng melandaku (Nulis sambil mewek). But Thanks God, Im still breathing. Well, kali ini mungkin aku bakalan share sama kalian tentang yang namanya Semester Pendek alias SP. Anak kuliahan pasti tau lah what the heck is this, right?
     Yap, kenapa harus bahas SP? Pertama, karena ini liburan. Kedua, karena aku (Si penulis blog ga laku ini) punya masalah sama yg namanya SP. Okeh, kita mulai.
     Apa itu SP?
     Ada yang tau apa itu SP? SP itu semacam angin seger buat dapet nilai A di Transkrip Nilai buat ngelamar kerja bagi mahasiswa mahasiswa kurang adaptasi ( Contoh: GUE) yg biasanya merenungi huruf D atau bahkan E di laporan IP mereka tiap semesternya. Yap, Semester Pendek biasanya adalah semester yg di selipin diantara liburan panjang, dimana selama +- 1 bulan itu kita sebagai mahasiswa kece yg mau nimbrung pasang muka, di hajar abis-abisan buat ngulang mata kuliah yg "harus pendalaman materi" alias belom lulus.
     Udah tau apa itu SP kan? Nah, seberapa penting sih SP?
     Bagi gue ini SANGAT PENTING, kecuali kamu termasuk manusia beruntung yang masuk dalam golongan orang-orang beriman dengan nilai minimal B di Transkrip nilainya tanpa perlu susah payah berusaha, dan yang jelas beda sama aku yg harus jungkir balik (A.K.A Susah Payah) buat dapet nilai B di laporan IP per semesterku. Pentingnya adalah, tet tot tet tot tet... "Mempercepat kelulusan". Jadi karena ini biasa di adainnya pas liburan, dan kalian harus rela ga pulang / ga liburan selama 1 bulan penuh, maka saran yang aku kasih cuma 1. "Lu mau bekorban sebulan buat ga seneng-seneng apa lu mau 6 bulan jadi bangke dikampus?". Lets think ;) seberapa penting ini buat kamu.
     Well, alasan kamu buat ikut SP?
     Tadi kan udah di jelasin, buat mempercepat kelulusan. Mungkin awal kuliah target kamu 3,5 tahun, semester 1 lewat jadi 4 tahun, semester 2 lewat jadi 4,5 tahun, semester 3 lewat jadi 5 tahun ( Suram Broo ) hahaha... But then, seperti peri penolong cahaya itu datang, iyaa cahaya dari yang namanya Semester Pendek. Untuk menerangi kesuraman kuliah kita, munculah SP, tadinya 5 tahun dan udah siapin muka tembok karena bakal lama di kampus jadi ada harapan buat selesai 4 tahun dengan ikutan SP. Selain itu, kegunaannya apa ya? Iseng mungkin, bagi kalian yang ga pulang ke kampung halaman masing-masing dan bgung mau ngapain jadilah karena ga punya temen jadi ikutan SP.
     Udah cukup paham kan sama yang namanya SP?
     Well, aku rasa udah. Saatnya aku cerita, oke ini liburan, libur panjang disertai libur puasa dan lebaran. Seru? Gak juga, karena aku ga bisa pulang kampung ! I miss my room so badly. Karena satu dan lain alasan akhirnya aku ga pulang ke kampung halaman tercintoo. Cukuplah berdiam diri di kamar kostan, angkrem telur sapa tau netes kan mayan buat di ternak (#ngaco). Akhirnya bingung, iya bingung. Mau ngapain selama liburan ini. Dengan mempertimbangkan beberapa nilai mata kuliah yang materinya harus di pelajari lebih dalam (Baca:Nilai Ancur), akhirnya nyari info Semester Pendek. Then, syalalala... Angin seger dateng. Salah satu mading di fakultas menyatakan, SP di buka (Serr...Goyang Jempol ala Bang Jali). Dengan bahagianya aku dan kawan-kawan seperjuangan berhamburan cari duit buat daftar. Biayanya ga murah, bisa di bilang mahal. Ya tapi bagi mahasiswa apa yang lebih penting dari A di Laporan IP mereka? Selain uang jajan nambah, cepet keluar dari neraka kampus, juga lebih bergengsi di pergaulan (Contoh, A: Matkul ini lo lulus? B: Iya dong, A man ( senyum pepsodent silau )).
     Setelah duit terkumpul, datanglah kami lagi, dan kamu tahu apa yg terjadi? What the fuck! SP ditiadakan. Nangis bombay, banjir air mata, dan tentu saja banjir ingus (Srott...). Paling parah, alasannya buat tingkatin mutu mahasiswa. Hadehh... terus bijimana dengan nasib kami.
     Ya, sekedar saran saja sih. Buat bapak ibu, di atas saya. Ya mohon pengertiannya lah, kami kuliah bayar mahal biar pinter (biar punya masa depan bagus, lebih tepatnya) tolonglah jangan di persulit kami. Kami juga mau cepet kerja, gaji tinggi, dan mudah. Meskipun otak kami ini pas-pasan tapi kan kami sudah berusaha, berilah kami ini jalan. Bayangkan, dengan mempersulit kami sekarang, sama dengan mempersulit kami selama hidup kami. Nanti kami kerja, susah dapet karena lulus dengan ipk kurang bagus, atau ipk bagus tp waktu lama. Bisakan bapak ibu memfasilitasi kami dalam beradaptasi agar lulus tepat waktu dan ipk bagus dengan memberi kami wadah belajar lebih?  #SekedarSaran
     Begitulah,, next story bakal diinfoin deh jadi kaga nya aku memperdalam ilmu ku di Goa SP.

Rabu, 23 Januari 2013

Cinta Maya Sakitnya Nyata

Dear Bee...

          Hello guys, kali ini aku bakal cerita mengenai dunia mayaku. Aku cuma cewek biasa, mahasiswi, tidak terlalu banyak kegiatan. Tapi whoooolaaaaaa... Thanks to "Penemu Internet", yang bikin hidup aku jauh lebih berfungsi :| ngek ngok, aku bingung milih kata yang tepat. But, emang bener sih, untuk orang-orang seperti aku yang tidak terlalu bersosialisasi, internet menjadi surga tersendiri. Dimana orang-orang dengan keterbatasan mengeluarkan ekspresinya seperti aku ini bisa berekspresi dengan bebas.

        Banyak hal yang aku kerjakan di Internet, blogging salah satunya yang biasa aku lakukan di malam akhir hari ku. Menceritakan hal-hal yang ga penting :p kkkkkkkkkkkk. Chatting, nah ini dia nih, salah satu service dari Internet yang bikin autis sebagian orang karena lebih konsen ke teman mereka yang asik di jauh sana dari pada orang yang dekat dengan mereka. Tapi, chatting inilah yang bisa memberikan banyak pengalaman untuk aku, pribadi. Browsing, membaca banyak hal menarik di masyarakat menjadi kesenangan tersendiri buat aku, mencari-cari lagu baru atau mencari-cari tips and trick tentang sesuatu. Many things bisa kita lakuin di Internet. Karena itulah aktivitasku ga terlalu jauh dari yang namanya Internet.

          Nah, selanjutnya. Mari kita doakan penemu internet karena jasanya, amin. Thanks buat siapapun anda.

          Dalam hidup aku, banyak cinta yang dimulai dari Internet. Seperti hubungan yang sedang aku jalani saat ini, sama aa' Iqbal (Gambar emo lope2, wkwkwkwk) berawal dari chatting di salah satu room di YM you know what is YM, walaupun sekarang udah kiamat tuh room, wkwkwkwk. Kopdar dan bertemu dengannya (backsound pandangan pertama, wkwkwk :p) saling liat saling naksir hingga sekarang berjalan.

          Lucu sih ya, emang, cinta berawal dari Internet. Sebenarnya emang kalo di pikir-pikir lucu juga. Tapi its real, ini semua emang sering kita alami. Contoh simple dari Facebook, atau BBM. Saling liat, kopdar, naksir, jalan, jadian...

          Tapi, saran aku sih. Ati2 memulai cinta lewat Internet. Karena
1. Kita belum tau dia siapa
    Bener nih, kita kan belum tau dia siapa, gimana sifatnya, latar belakangnya, dan lain lain. Karena itu kita harus ati-ati.

2. Rawan Selingkuh !
    You know lah, cinta lewat internet itu cinta yang bener-bener rawan selingkuh. Bisa aja di real dia punya pacar lalu d internet kenal kamu. Kan kamu ga tau siapa dia sebenernya kan.

3. Rawan Kebohongan
    Di Internet semua orang bisa jadi Edward Cullen, atau jadi Kristen Stewart :| You knowlah apa yang aku maksud. Aku bisa aja bilang, hey nama aku Dhe, aku pengusaha kelas kakap, aku punya mobil 10 di garasi rumah aku nganggur loh... eh iya, aku ada 3 vila di puncak dan 10 apartemen di jakarta. (Pingsan) wkwkwkwkw... Intinya siapapun bisa menjadi siapapun di Internet. 

          Nah, untuk itu aku saranin nih ya buat kalian-kalian yang mau coba memulai cintanya lewat Internet, oke let check it out...

1. Kenali dulu
    Nah, ini penting, kalian harus mengenal lebih dulu siapa calon pacar anda itu sebelumnya. Yah kalo bisa agak lamaan lah, semakin lama akan semakin keliatan sifat aslinya seperti apa. Coba dengan menyanyakan hal-hal pribadi, seperti apa pekerjaanmu, lalu tinggal dimana, kalo merasa ada relasi yang sekiranya kenal, tanyakan, kenal ga sama si ini, kayanya si ini kerjanya di tempat kamu juga. Atau hal-hal yang bisa membuat anda lebih mengenal dia. Ingat ! Wajah memang yang pertama, tapi wajah bukan segalanya. Jadi wajah ganteng dan cantik itu memang penting, tapi jangan sampai anda hanya menilai wajahnya saja.

2. Kopdar
   Bagian ini yang seru nih, KOPDAR alias Kopi Darat alias Ketemuan. Nahhhh... bagi kalian yang udah cukup merasa mengenal pasangan kalian lewat internet udah saatnya tuh buat ketemu secara real. Oh iya, saran aku sih, cari pacar di Internet liat-liat lokasi juga ya ! jangan kalian di aceh cari cinta di papua :| kan ga bakal ketemu :| hahaha... Nah, ajaklah calon pacar kalian ketemuan. biar kalian bisa saling kenal lebih dalam, saat ketemuan kalian bisa nilai, apakah yang kalian kenal di Internet itu sama dengan yang real. Lalu tanyakan, mau dibawaaaaaa kemana hubungan kitaa (sambil nyanyi armada) wkwkwkwk....

3. Pastikan REAL atau MAYA
    Setelah semua di jalani, dan kalian masih ngerasa klop, dan merasa pasangan kalian bener. Lanjutkan dengan memastikan hubungan kalian itu real ataukah hanya maya. Jika dia bilang hanya maya, maka aku pastiin lebih baik kamu tinggalin aja. Dia tidak akan pernah serius dengan hubungan kalian. Cuma bakal makan ati.

          Nah, tadi itu saran-saran dari aku. Kalo kalian bisa jalani semua saran itu dengan baik, kemungkinan tertipu cinta internet akan semakin kecil. Aku doain deh yaaa.... semoga berhasil dengan cinta internetnya :)

          Aku ingetin buat kalian, satu kalimat.
                                            Cinta Maya Sakitnya Nyata
         Itu emang bener, mungkin sepele, cinta dunia maya, tapi kalo udah kebawa perasaan :) sakitnya nyata lohhh... hati-hati lah dengan cinta maya :)

Selasa, 22 Januari 2013

My First Blog

Dear my Blog...

      Kayanya mulai hari ini kamu bakal jadi teman baruku, okey, kita mulai dengan panggilan baru. Let see, Bee for Blog. Thats great, right?. Hahaha... Selanjutnya apa yang akan aku tulis? hmm... Nothing, cuma blog pribadi, tempat bercurhat ria. Ga terlalu penting sih.... tapi, masalah gitu buat elohh?? blog blog gw tulisan tulisan gw internet internet gw... wkwkwkwkwk....

     Oke, nama gw Dhe. Kalian bisa panggil gw Dhe. Entah gimana intonasinya itu terserah kalian ya. Mau Di, mau De, mau Dek, serah deh ya... 17 April 1993, di salah satu kota kecil di pulau jawa gw lahir. Itu berarti usia gw 19 tahun sekarang. Gw sekarang lagi ada di Jakarta, salah satu kota ramai, yang aku sendiri benci berada disini. Ya, tapi keadaan memaksaku untuk berada di sini. Kalian tentu bingung, ngapain gw di jakarta... wkwkwkwk... gw sendiri bingung :p

      Gw kuliah di salah satu Universitas Negri di Jakarta. Yah, you know me so well lah ya, ga perlu gw sebutin juga kali nama universitas gw :p. Awalnya gw pikir kuliah itu menyenangkan, duduk duduk di kantin, bercanda canda bareng temen, nongkrong ga jelas, jalan jalan di taman, ahh bayangan gw indah lah pokoknya... Nah, ternyata semuanya itu cuma mimpi dan cuma ada di sinetron sinetron aja ! Kuliah itu ga enak ternyata :'( gw pengen pulaaaaaaaaaaaang....

     Semasa SMA yg namanya nilai itu ga perlu gw pikirin karena otak gw cukup encer lah, tp semua itu langsung anjlok ketika gw d kuliahan. Ternyata butuh lebih dari sekedar otak encer untuk bisa tenang menghadapi ujian. Semua itu ngebuat gw muak. Akhirnya gw sendiri tersiksa sama yang namanya kuliah. :'( tapi mau gimana lagi, tuntutan hidup menyuruh gue untuk dapet gelar s1 :'(

      Guys, sekarang gw cuma bisa pasrah, berapa tahun gw harus kuliah yang penting gw jalanin aja. Selalu ada yang indah di akhir, ya kan? Bilang iya ! 

     Guys... selain itu, kehidupan percintaan gw juga ga terlalu manis buat gw ceritain. . . yah. Untuk posting postingan selanjutnya aja deh yaa kalian pasti tahu sendiri kok betapa galaunya gue. Wkwkwkwkwk...

    Oke gue rasa sekian dulu deh ya :p Salam kenal semuanya :)